Para investor atau trader tentunya tidak asing dengan analisa-analisa saham. Hampir setiap hari mereka dengan mudah mendapatkan berbagai analisa saham, baik dari sekuritas tempat mereka menginvestasikan uangnya, dari para analis saham di media-media seperti internet, TV, media cetak, atau pun kursus-kursus saham. Bahkan ada pula yang melakukan analisa saham sendiri. Analisa-analisa tersebut pada umumnya mereka dapatkan secara gratis. Walau pun ada pula analisa yang didapatkan dengan membayar, akan tetapi pada umumnya retail investor atau trader tidak mau menggunakannya.
Dengan begitu banyaknya analisa saham gratis dan banyaknya para retail investor dan trader mempunyai kemampuan membuat analisa saham sendiri, tentunya analisa saham dari blog ini dapat dianggap tidak menarik untuk dilihat. Apakah ada perbedaan analisa saham dari Profit Trading dibandingkan dengan analisa-analisa saham lainnya? Melalui tulisan ini saya akan menjelaskan perbedaan-perbedaannya.
1. Penggunaannya Mudah
Analisa saham dari Profit Trading mudah dimengerti dan diikuti oleh trader/ investor, walau pun yang tidak memahami analisa teknikal sekali pun, sebab hanya berisi keterangan untuk melakukan aksi buy (beli) atau sell (jual) pada target harga tertentu bila saham bergerak naik atau bila saham bergerak turun. Analisa saham ini tidak lagi berbicara mengenai berbagai macam analisa teknikal dan interpretasinya. Jadi mudah penggunaannya dan sekaligus merupakan shortcut bagi mereka yang tidak memahami analisa teknikal untuk mencari harga ideal untuk membeli dan menjual suatu saham berdasarkan analisa teknikal.
Kejelasan informasi yang diberikan dan Plan of Action yang jelas membuat analisa saham Profit Trading sangat mudah dipahami. Trader atau investor tidak perlu lagi menganalisa teknikal sebelum menentukan posisi tradingnya.
2. Plan of Action yang jelas
Analisa saham dari Profit Trading mempunyai PLAN OF ACTION yang jelas kapan dan pada harga berapa seseorang sebaiknya masuk market (entry point) dan keluar market (exit point). Plan of action untuk melakukan buy atau sell pada saat suatu saham bergerak naik atau pada saat suatu saham bergerak turun dan pada harga berapa action tersebut seharusnya dilakukan ditunjukkan dengan sangat jelas. Para trader atau pun investor, bahkan yang awam dengan analisa teknikal pun dapat dengan sangat mudah memahami kapan mereka sebaiknya mengambil posisi buy/ sell. Analisa saham ini dapat digunakan sebagai TRADING PLAN para investor atau trader.
Analisa saham ini tidak lagi berbicara bahwa indikator Stochastic menunjukkan sinyal buy, tetapi MACD sinyalnya sell, sedangkan RSI sinyalnya buy, dan OBV sinyalnya sell, saham tersebut berada di antara MA sekian dan MA sekian, yang mana kalau tembus ke atas ada kemungkinan naik, kalau tembus ke bawah ada kemungkinan turun dan lain sebagainya. Dengan berbagai sinyal yang bertentangan, para investor dan trader akhirnya menjadi kebingungan.
3. Buy dan Sell Area yang jelas
Para trader dan investor tidak jarang melakukan buy padahal seharusnya tidak dilakukan, karena pada tingkat harga tersebut seharusnya yang dilakukan adalah sell. Sebaliknya mereka melakukan sell, karena terburu-buru atau terpaksa, padahal dengan tingkat harga yang ada saham tersebut seharusnya dibeli. Ini terjadi karena para trader dan investor tidak tahu di mana dan kapan mereka harus mengambil posisi buy atau sell. Ketidaktahuan para trader dan investor ditambah dengan pergerakan harga saham yang merangsang emosi mereka untuk membeli atau menjual saham menyebabkan mereka salah mengambil posisi trading.
Analisa saham ini dengan jelas menunjukkan di mana BUY AREA (Area Beli) dan SELL AREA (Area Jual) dari suatu saham. Rekomendasi Buy menunjukkan bahwa harga tersebut berada pada Buy Area (Area Beli), sebaliknya rekomendasi Sell menunjukkan bahwa harga tersebut berada pada Sell Area (Area Jual). Ini berguna bagi para trader dan investor agar dapat menentukan posisi trading yang benar dan terhindar dari mengambil posisi trading yang salah (salah posisi).
4. Indikator Pergerakan Harga Saham
Para investor, trader, atau analis saham sering menggunakan berbagai macam analisa teknikal untuk menentukan suatu saham sedang bergerak naik atau turun. Banyak indikator digunakan mulai dari Moving Average, MACD, RSI, Support – Resisten, Trend Line, Parabolic SAR, Candle Stick, ADX dan sebagainya. Walau pun dengan berbagai macam indikator, tidak jarang terjadi persepsi yang berbeda (split decision) dalam menentukan suatu saham sedang dan akan bergerak naik atau turun.
Harga-harga saham yang direkomendasikan tersebut sebenarnya dapat digunakan (berfungsi) sebagai indikator pergerakan harga saham. Cukup dengan memperhatikan apakah saham dapat mencapai target-target harga yang direkomendasikan pada kolom pertama atau tidak, maka para investor, trader atau analis saham dengan SANGAT MUDAH dapat menentukan suatu saham bergerak naik atau turun. Ini adalah salah satu keistimewaan dari analisa saham Profit Trading.
Contoh :
Sesuai analisa tanggal 21-09-2010, bila ADRO naik, maka sell ≥ 2.100. ADRO hanya naik sampai 2.075. Dengan tidak naiknya ADRO mencapai 2.100, maka berarti ADRO sedang turun. Ini diperkuat dengan ADRO kemudian turun mencapai 2.025 dan tembus ke bawah. Pada tanggal 22-09-2010, penurunan ADRO menjadi lebih jelas.
Sesuai analisa tanggal 30-09-2010, bila ADRO naik, maka sell ≥ 2.100. Sekali lagi ADRO hanya naik ke 2075. ADRO kemudian turun melewati 2.025. Artinya ADRO masih turun.
Contoh lain :
Pada tanggal 21-09-2010 saham BBTN dibuka dengan harga 1.870. Sesuai analisa, bila BBTN naik, maka buy di 1.890. Karena BBTN hanya naik ke 1.880 (tidak mencapai 1.890), berarti pergerakan harga BBTN adalah turun. Selanjutnya analisa tersebut mengatakan bila BBTN turun, sell di 1.860 kemudian buy di 1.820. BBTN ternyata benar turun mencapai 1.860, dan kemudian turun lagi ke 1.830. Tidak tercapainya harga 1.890 dan tercapainya harga 1.860 yang ada dalam kolom pertama analisa saham BBTN, sama-sama menunjukkan BBTN sedang bergerak turun.
5. Indikator akan ditembus atau tidaknya suatu support atau resisten
Banyak cara untuk mencari dan mendapatkan support atau resisten. Support atau resisten biasanya cukup banyak, tidak hanya satu. Trader, investor atau analis saham biasanya berasumsi bila pergerakan harga saham menembus suatu resisten maka akan berlanjut naik, atau bila pergerakan harga saham menembus suatu support, maka akan berlanjut turun. Akan tetapi mereka tidak pernah tahu apakah suatu saham dapat menembus suatu support atau resisten dan apakah setelah menembusnya maka pergerakan harga saham akan berlanjut atau justru berbalik arah. Analisa saham ini dapat dipakai untuk memprediksikan akan ditembus atau tidaknya suatu support atau resisten, dan pergerakan harga saham akan berlanjut atau berbalik arah.
Contoh :
Pada tanggal 07-10-2010, saham ADRO dibuka dengan harga 2.100. Sesuai analisa, bila ADRO turun, maka buy di 2.050 dan kemudian sell ≥ 2.125. Target harga jual ≥ 2.125 sesudah buy di 2.050 pada analisa tanggal 07-10-2010 sebenarnya menunjukkan (indikator) bahwa resisten 2.100 pada ADRO akan ditembus (break out). Resisten 2.100 ADRO dapat ditembus ke atas (break out) pada tanggal 14-10-2010. Jadi analisa tersebut sudah memprediksikan akan tembusnya resisten 2.100 sejak 1 minggu SEBELUMNYA.
6. Tingkat akurasi yang tinggi
Harga-harga yang menjadi acuan untuk melakukan buy/ sell suatu saham tidak ditentukan secara acak/ sembarangan. Mungkin dalam pandangan banyak orang, harga-harga tersebut dapat ditentukan dengan mudah, cukup dengan menentukan harga jual yang lebih tinggi daripada harga belinya atau sebaliknya harga belinya lebih rendah daripada harga jualnya. Bila ada yang beranggapan demikian, sebaiknya membaca review-review saham yang saya buat dan mempelajarinya.
Hal yang membedakan harga-harga tersebut ditentukan secara acak/ sembarangan atau dengan penuh perhitungan tentunya berdasarkan dapat terpenuhi atau tidaknya analisa buy/ sell pada tingkat harga yang bersangkutan (tingkat akurasinya) dan benar atau tidaknya urutan aksi yang harus dijalankan terlebih dahulu. Benar tidaknya analisa tersebut mempunyai fungsi-fungsi lain seperti sebagai indikator dari pergerakan harga saham juga menunjukkan tingkat akurasinya yang tinggi.
7. Memberikan Batas Keamanan yang baik
Salah mengambil posisi trading akan menyebabkan kerugian. Hampir dapat dipastikan seorang investor atau trader akan mengalami kerugian bila melakukan pembelian suatu saham, dan kemudian harga sahamnya turun dalam. Kerugian tersebut bukan hanya berupa modal (uang) dari mereka, akan tetapi juga stress yang diakibatkan oleh keadaan tersebut. Demikian pula bila seorang trader atau investor melakukan cut loss setelah sekian lama saham yang dibelinya tidak kunjung naik, bahkan malahan semakin turun. Akan tetapi setelah dilakukan cut loss, saham tersebut malahan naik kembali dan mereka gigit jari.
Analisa saham ini memberikan batas keamanan (Safety Margin) yang baik bagi para trader atau investor karena memberikan informasi mengenai Buy dan Sell Area dengan jelas sehingga mereka dapat lebih mudah memutuskan mengambil posisi trading tertentu dengan benar.
Contoh :
Analisa saham BUMI tanggal 21-09-2010 pada harga pembukaan 2.050 adalah sell ≥ 2.100 dan buy ≤ 1.960 bila BUMI naik. Artinya rekomendasinya adalah menjual BUMI pada harga 2.100 atau lebih tinggi dan jangan melakukan pembelian saham tersebut pada 2.100 atau lebih tinggi. Ini akan menghindarkan trader atau investor tersangkut karena mengambil posisi buy. Batas yang cukup aman untuk membeli BUMI saat itu adalah ≤ 1.960.
Mungkin saja ada di antara para trader atau investor yang dapat memperoleh keuntungan cepat dengan membeli BUMI ≥ 2.100, akan tetapi cara-cara tersebut beresiko tinggi (tidak aman).
8. Mempunyai nilai prediktif (predictive/ forecast value) yang tinggi
Tidak ada satu pun indikator analisa teknikal yang mempunyai nilai prediktif yang tinggi. Contohnya :
• Stochastic, MACD membentuk golden cross atau death cross, tetapi ini terjadi setelah harganya bergerak naik atau turun secara bermakna. Setelah terbentuk golden cross atau pun death cross, masih mungkin harganya berbalik arah. Stochastic dan MACD akan berbalik arah setelah harga saham berbalik arah terlebih dahulu, bukan sebelumnya.
• Candle stick mempunyai pola-pola yang dapat menunjukkan akan terjadinya reversal atau continuation. Akan tetapi trader/ investor/ analis saham harus menunggu penutupan market untuk melihat candle yang terbentuk. Candle stick juga tidak selalu berhasil menunjukkan akan terjadinya reversal.
• RSI dan ADX juga sering tidak mampu untuk mendeteksi akan terjadinya reversal/ rebound.
Marilah kita lihat dan pelajari lagi postingan saya : Review BUMI 21-09-2010 s.d. 08-10-2010. Pada tanggal 29-09-2010, indikator-indikator di atas tidak mampu menunjukkan bahwa keesokan harinya (30-09-2010), saham BUMI akan mulai berbalik naik.
Analisa saham Profit Trading tanggal 30-09-2010 dengan jelas sudah menunjukkan agar buy BUMI di 2.150 bila harganya mencapai target harga tersebut dan kemudian melakukan sell BUMI ≥ 2.275. Pada tanggal 30-09-2010, BUMI dapat mencapai harga 2.150 dan pada tanggal 07-10-2010 dan 08-10-2010 BUMI dapat mencapai ≥ 2.275. Artinya analisa saham Profit Trading mempunyai nilai prediktif dan tingkat akurasi yang tinggi.
Contoh lainnya adalah saham DILD pada tanggal 11-10-2010, di mana indikator-indikator analisa teknikal tidak mampu menunjukkan DILD akan turun pada tanggal 12-10-2010. Analisa saham Profit Trading pada tanggal 12-10-2010 sudah menunjukkan sejak sebelum market dibuka, agar menjual DILD pada harga 490 bila harga turun mencapai target harga tersebut. Ini berarti saham ini akan bergerak turun. Pada sesi 2, harga DILD turun sampai ke 470 dan ditutup pada harga 475. Untuk lebih jelasnya baca mengenai Review DILD 21-09-2010 s.d. 15-10-2010.
Thursday, February 14, 2013
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment